Pura Agung Manik Batu adalah pura yang terletak di Subak
Kerdung desa Pedungan, Denpasar Selatan ,Bali. Pura Agung Manik Batu ini
termasuk dalam kategori Pura Swagina atau Pura fungsional tepatnya
sebagai Pura Subak yang mana bersentananya Dewi Sri ,namun bisa juga di
kategorikan sebagai pura umum dikarenakan terdapat beberapa manivestasi Beliau
yang turut bersentana di Pura ini seperti : Tri Murti ( Brahma ,
Wisnu, Siwa ) beserta Sakti-nya (Dewi Sarasvati, ,Dewi Sri,
Dewi Uma/ Durga ) dan Pesimpangan Ratu Gede Dalem Nusa dan Dewi
Kwan Im.
Sejarah awal ditemukannya pura ini berawal dari penemuan
sebuah pondasi Padmasana di areal persawahan oleh seorang petani yang kini
ngayah sebagai Mangku di Pura Agung Manik Batu. Jero Mangku Nyoman Dauh
menuturkan sedikit perjalanan hidupnya sebelum akhirnya ngiring ayah di Pura
Agung Manik Batu. Beliau berasal dari kabupaten Klungkung , lebih tepatnya di
Br.Pamenang ,Desa Nyalian Kecamatan Banjarangkan. Awal mulanya Beliau merintis
karir di denpasar bersama istri di bidang Pariwisata dari penuturan beliau ,
beliau sempat bekerja sebagai akunting selama 15 tahun di sebuah perusahaan
jasa perjalanan pariwisata dan sang istri sempat bekerja sebagai Guide /
Pemandu Wisata. Namun beliau memutuskan untuk berhenti bekerja dikarenakan anak
kedua beliau lumpuh selama 3 tahun dan sang istri mendapat stress berat atau
gangguan jiwa. Dari terpuruknya kondisi yang di alami ,beliau mencoba mencari pekerjaan
yang bisa dilakukan sembari mengurus keluarganya ,akhirnya ada seorang teman
yang membantu memberikan informasi adanya lahan sawah di daerah pedungan yang
tidak tergarap. Akhirnya beliau berprofesi menjadi petani sembari memulihkan
kondisi keluarga. Lalu pada suatu saat beliau hendak pergi bertani saat itu
musim tanam kacang tanah .dari penuturan beliau , saat itu musim tanam kacang
beliau sempat beristirahat sejenak di badan jalan dan saat itu beliau
memperhatikan tanah di badan jalan yang tidak terpakai itu gambus / subur,
hanya saja banyak tertutupi sampah dan limbah plastik dari situ beliau berniat
untuk membersihkan badan jalan itu untuk di tanami kacang tanah. Dan pada saat
kacang tanah berumur 1 bulan atau istilahnya telah berumbi seperti biasa beliau
pagi – pagi pergi ke sawah untuk mengairi tanaman kacang, entah tanpa disengaja
atau tanpa sadar beliau malah mencangkul tanaman kacang yang di tanam di badan
jalan seperti ada yang mengarahkan beliau untuk melakukannya. Setelah
mencangkul gundukan tanaman kacang tersebut beliau kaget kenapa melakukan hal
tersebut , padahal saat itu hanya hendak mengairi ladang kacangnya. Dan di
tambah lagi beliau menemukan bongkahan batu bata ( Bebaturan ) berbentuk
persegi empat . saking terheran herannya beliau dengan apa yang telah
dialaminya hari itu beliau memberitahu setiap warga yang lewat untuk melihat
apa yang ia temui. Beberapa orang mengabaikan dan tidak menanggapi apa yang
beliau temukan dan ada seorang yang sangat kaget melihat bongkahan akan tetapi langsung
pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun.
Sore harinya beliau juga menuturkan 3 ekor sapi peliharaannya lepas dan mengamuk menyerang pondok tempat tinggal beliau dan hendak masuk kedalam rumah secara bersamaan ,dan disaat itu pula datang seorang teman beliau memberitahu bahwa di tempat bebaturan yang beliau temukan sebelumnya ada seorang metangi ( kerawuhan ). Dan sesegera mungkin beliau dan temannya kembali menghampiri bebaturan tersebut mendapati seorang yang bernama Bapak Polos mengalami kerawuhan. Pada saat itu Jero mangku Nyoman Dauh menanyakan kepada Bapak polos yang sedang kerawuhan , beliau mendapatkan petunjuk bahwa yang merasuki Bapak Polos saat itu adalah manivestasi ISHWW sebagai Dewi Sri ,saat itu Beliau menyampaikan bahwa di tempat tersebut memang benar tempat bersentananya Dewi Sri. Dan pada saat itu juga Jero Mangku memohon ampun kepada Beliau bahwa tidak sengaja mengusik tempat sentana Beliau dan Jero mangku juga sempat menanyakan bahwa siapa yang sebenarnya membuat pondasi bebaturan tersebut , Beliau menyatakan bahwa yang membuat bebaturan ini adalah Sang Meraga Putus dan beliau menyatakan bahwa tempat tersebut merupakan tempat persinggahan (persimpangan) dari segala bentuk manivestasi beliau.
Sejak terjadinya peristiwa penemuan tersebut banyak datang
orang – orang yang menekuni bidang Spiritual diantaranya Drs. Putu Juliarta ,
Drs. Wayan Beratha yang mengatankan bahwa mereka mendapat firasat untuk mendatangi
tempat tersebut untuk bermeditasi. Dan mereka juga mengatakan mendapat firasat
yang sama bahwa memang tempat persimpangan dari manivestasi Beliau. Semenjak
saat itu Jero Mangku Nyoman Dauh berinisiatif untuk melaporkan kejadian
tersebut kepada kelihan dinas ,bendesa adat dan kelihan subak. Setelah beberapa
rentetan peristiwa yang terjadi selama penemuan pondasi tersebut kini di
diperkuat lagi oleh adanya peristiwa yang di alami Kelihan Subak desa kerdung
saat itu Bapak Wayan Tama , menerangkan bahwa beliau sempat mengalami peristiwa
spriritual . beliau mengatakan bahwa sempat didatangi oleh seorang wanita
cantik seperti bidadari ( mendapat penglihatan dalam keadaan sadar ) yang
menyatakan bahwa untuk menindak lanjuti penemuan pondasi yang di temuakan oleh
Jero mangku Nyoman Dauh untuk mendirikan Setana-Nya Beliau .maka sejak saat itu
Bapak Wayan Tama meyakini untuk segera membangun Pura Subak yang sekarang
bernama Pura Agung Manik Batu, adapun Nama dari Pura Agung Manik Batu itu
diperoleh dari Para Sadeg yang kerawuhan saat itu.
Dari beberapa peristiwa spiritual dan pencerahan yang telah
terjadi selama proses persembahyangan, dapat disimpulkan bahwa “Pura Agung
Manik Batu” memiliki arti “Pura” yang berarti tempat pemujaan , “Agung” yang
berarti Besar, “Manik” yang berarti Benih / Bibit yang dalam
cangkupan luas dapat di artikan sebagai jiwa dan sumber kehidupan, dan “Batu” yang
dapat diartikan sebagai Biji / Metu yang muncul / timbul / keluar.
Dan secara garis besar dapat diartikan Pura Agung Manik batu adalah Pura tempat
munculnya sumber dari kehidupan.
Tidak ada komentar:
Write komentar